Kenapa Ayam Broiler Saya Mati Kena Flu Burung???


Jika anda menanyakan hal tersebut akan saya jawab “kenapa tidak ?”, karena Indonesia adalah negara pemilik wabah flu Burung abadi. Terlepas dari gegap gempita proyek triliunan untuk “pencegahan & penanganan” flu burung yang tidak pernah memberi hasil nyata bagi para peternak dan nyata-nyata memberikan penghidupan bagi banyak manusia kecuali peternak.

Memang sejak awal kemunculan wabah Flu Burung yang konon menular ke manusia pada tahun 2003 hingga saat ini penyakit ini terus saja menghantui para peternak unggas di Indonesia. Saat ini tidak ada satupun wilayah yang bebas Flu Burung di Indonesia, karena penanganan dan eradikasi virus di lingkungan masih berwujud dogma text book yang berulang kali dikutip tanpa aplikasi dan pembuktian nyata.

Rumusan biosecurity, vaksinasi, & desinfeksi yang didikte oleh LSM & peneliti asing yang belum pernah beternak unggas menjadi rumus hafalan wajib semua petugas lapangan tanpa disertai logika ilmiah mengapa hal itu harus dilakukan.

Hal ini akan tampak jelas pada saat terjadi wabah dimana jawaban klise yang muncul secara otomatis adalah vaksinasi & biosecurity, sementara hingga detik ini para peternak masih bertanya-tanya vaksinasi apa lagi & biosecurity itu alat apa.

Kontribusi paling nyata program impian “vaksinasi & biosecurity” tampak pada pola pemeliharaan ayam broiler yang masih sama seperti program pemeliharaan tahun 90-an era dimana wabah yang paling ditakuti adalah wabah ND & Gumboro. Program vaksinasi ayam broiler tahun 2017 masih menggunakan pola tradisional 3 hari ND, 14 hari Gumboro, & 21 hari ND di negeri wabah Flu Burung abadi.

Vaksin yang sering digunakan oleh para peternak terbagi menjadi 2 macam yaitu vaksin aktif (berisi virus hidup yang tidak menimbulkan gejala klinis, misalnya ND Lasota, Clone 50, IBD, & IB yang bisa diaplikasikan lewat minum atau tetes mata) & vaksin inaktif (berisi virus ganas yang sudah diinaktivasi, misalnya AI, ND G7 serta berada dalam adjuvan dengan aplikasi disuntikkan).

Vaksin aktif akan mulai memicu respon antibodi 3-4 hari pasca vaksinasi & mencapai puncak titer antibodi 2-3 minggu pasca vaksinasi. Sementara vaksin inaktif akan mulai memicu respon antibodi 6-7 hari pasca vaksinasi & mencapai puncak titer antibodi 3-4 minggu pasca vaksinasi.

Dari paparan perbedaan jenis vaksin ini seharusnya kita bisa merevisi program vaksin klasik bagi peternak ayam broiler dengan memasukan vaksin AI ke dalam program pemeliharaan 40 hari.

Berdasarkan karakteristik vaksin sebenarnya kita bisa memasukkan tambahan vaksin AI menggunakan vaksin inaktif cocktail ND-AI pada umur 3 hari yang akan memicu antibodi terhadap ND & AI sekaligus pada hari-10, 4 hari sebelum maternal antibodi dari induk ayam habis hingga mencapai puncak pada umur 31 hari serta berangsur-angsur menurun hingga waktu panen di umur 40 hari.

Berikutnya diberikan vaksin Gumboro aktif pada umur 10 hari yang akan memicu respon antibodi Gumboro pada hari-14 tepat saat maternal antibodi habis & akan terus menaikan titer sampai hari-35 & berangsur menurun hingga panen di umur 40 hari.

Vaksinasi Gumboro pada umur 10 hari ini sekaligus akan memberikan proteksi terhadap ayam dari masa-masa rawan serangan virus Gumboro pada umur 15-35 hari. Program vaksin berdasarkan kekuatan & karakteristik vaksin ini lebih masuk akal diterapkan di negara wabah Flu Burung abadi karena akan mampu memberikan tingkat proteksi terhadap serangan wabah penyakit AI, ND, & Gumboro secara sekaligus.

Bagaimana dengan adanya perbedaan clade 2.1.3 & 2.3.2 ? ya tidak bagaimana-bagaimana, karena kedua clade tersebut tetap sama-sama H5N1 hanya memiliki sedikit perubahan basa di protein H5 nya, sementara pada praktek di lapangan kedua jenis vaksin menunjukan adanya cross proteksi sehingga tidak terlalu bermasalah.

Untuk lebih mudahnya lagi bisa dilihat dari sejarah perkembangan virus nya, clade 2.1.3 ada sejak tahun 2003-2013 & clade 2.3.2 ada mulai tahun 2013-sekarang. Mengacu kepada masa expired vaksin yang berkisar 2 tahun maka produksi vaksin terakhir seharusnya memakai isolat minimal tahun 2015 – yang sudah masuk ke clade 2.3.2.

Perusahaan vaksin pasti akan memilih isolat terbaru untuk memenuhi syarat homolog dengan virus lapang, jadi kita tidak perlu meributkan masalah calde lagi. Sebagai penutup program vaksin untuk ayam broiler di Indonesia bisa menggunakan 2 kali vaksinasi yaitu vaksin ND-AI suntik pada umur 3-4 hari, & vaksin Gumboro aktif pada umur 10 hari.

Program ini akan menghilangkan pertanyaan kenapa ayam broiler saya kok bisa kena flu burung ? – ya jelas kena lha wong memelihara ayam di negara wabah flu burung kok gak divaksin.

Terima kasih, semoga bermanfaat.
Previous
Next Post »

2 comments

Click here for comments
Steven
admin
April 29, 2019 at 5:21 AM ×

https://tajenonline.com/cara-mengatur-nafas-supaya-bisa-lebih-panjang-dan-lama-pada-ayam-tarung/

Reply
avatar
Angel Tan
admin
March 16, 2020 at 11:20 AM ×

Situs Bolavita merupakan agen judi online yang aman dan terjamin !

Berdiri sudah lebih dari 5 Tahun dan memiliki licensi resmi Filipina sebagai Agen judi Online terpercaya di Indonesia.

Menjamin keamanan dan juga pembayaran yang lancar tanpa hambatan ... Transaksi Deposit & Withdraw yang di proses tidak sampai 3 menit..

Untuk minimal deposit & withdraw 50ribu.. Kunjungi situs Agen Bolavita sekarang juga ! Menyediakan Segala Jenis Judi Online yang lengkap...

Nikmati Bonus Terbaru yang sedang hot - hot nya sekarang ini ! Promo Bonus 100% yang dapat di Klaim Setiap Hari !

Hubungi Kontak Cs kami yang online 24 Jam dibawah ini :

» Nomor WhatsApp : +62812-2222-995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita

• S128
• SV388
• CASINO
• TEMBAK IKAN
• SLOT

Reply
avatar